Labirin - Amelia Gray

Labirin

Amelia Gray 
Penerjemah: Dinten - Ngulikata


Dale telah membaca banyak tentang mitologi Yunani. Jadi sewaktu ia bilang kalau ada kejutan untuk kami di Jambore Labu yang diadakannya, kami tahu ia tidak main-main. Jambore itu dilangsungkan pada akhir minggu di lahan miliknya dalam rangka mengumpulkan warga kota dan menggalang dana untuk dinas damkar. Acaranya menampilkan hayride[1] , melukis wajah, dan cakewalk [2] yang menempati seluruh sisi pelataran, namun labirin jagungnyalah yang paling menjadi sorotan.

Belum juga ia selesai bersiap-siap, para penggila susur labirin sudah mengantre. Kumasukkan lima dolar ke dalam ember seperti yang lainnya.

“Cuma kali ini labirinnya bukan labirin biasa,” ucap Dale sambil menata bal jerami terakhir di dekat labu-labu yang diambil dari persil. “Labirin yang satu ini benar-benar labirin.”

Bisik-bisik bermunculan. Wanita yang memegang arumanis ingin mengetahui perbedaannya.

“Senang ada yang bertanya,” ucap Dale. “Labirin yang sebenarnya itu unikursal, bukan multikursal. Cuma ada satu jalan, dan arahnya cuma ke satu tempat.”

“Enggak bisa kesasar dong,” sahut seorang warga. Ia dikenal suka menariki gadis-gadis ke pojok tersembunyi dalam acara-acara labirin jagung sebelumnya dan memanfaatkan kesempatan saat mereka kebingungan.

“Selain itu,” ucap Dale, “masuknya harus sendiri-sendiri.”

Entah kenapa seorang gadis cantik tahu-tahu memegangi tangan si warga tadi.

“Enggak seru dong kalau sendirian!” serunya.

Pria yang dikenal sebagai pelatih tim futbal SMA berlutut seraya mendekapkan kedua putranya ke dadanya.

“Anak-anakku tidak boleh masuk ke sana sendirian.”

Dale mengangkat ember dari jangkauan orang-orang yang hendak mengambil kembali uang mereka. “Tenang,” ucapnya. “Kalau tidak mau masuk, ya tidak usah. Supaya jelas, labirin ini konon mengandung kekuatan gaib. Ada yang bilang di pusatnya kita bisa menemukan hal yang paling kita inginkan di dunia ini. Ada juga yang bilang kalau Dewa bersemayam di balik belokan yang terakhir. Tiap orang harus mencari tahu sendiri. Kalau tidak sanggup, ya mampir saja ke lomba nge-jam.”


Komentar