Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Telegraf Bernyawa - Bolesław Prus

Telegraf Bernyawa Bolesław Prus Penerjemah: Rijon - Kemudian PADA kunjungannya ke panti asuhan, Sang Countess mengamati suatu kejadian yang tak biasa di lorong: empat anak laki-laki bergumul merebutkan sebuah buku lusuh sebegitu bersemangatnya. “Bocah-bocah, saya lihat kalian bertengkar, ‘kan?” teriak wanita itu cemas. “Karena itu, tak satupun dari kalian mendapat jatah kue rempah-rempah dan kalian semua akan akan dihukum berlutut.” “Dia mengambil Robinson Crusoe -ku!” salah satu bocah menjelaskan. “Bohong, dia yang mengambil!” yang kedua menyangkal. “Lihat betapa jago kau berbohong!” teriak yang ketiga. “Kau yang ambil buku itu dariku.” Sang biarawati menjelaskan pada Sang Countess, sekalipun dalam pengawasan ketat, kejadian semacam ini cukup sering terjadi karena anak-anak begitu ingin membaca tapi tak ada buku yang dipunyai panti asuhan. Suatu percikan muncul di hati Sang Countess. Tapi karena dia cenderung gampang letih kalau berpikir, dia lebih memilih

Waham - Malika Moustadraf

Waham Malika Moustadraf Penerjemah: Dinten - Ngulikata Ia keluar dari rumah sambil menyerapahi segala sesuatu sekeras-kerasnya—mulai dari kedua orang tua yang membawanya ke dunia busuk ini hingga kakaknya yang telah menikah dengan orang Perancis, ikut ke negara suaminya, dan ingkar janji. Ia ingat ucapan kakaknya sewaktu di bandara: “Aku kawin dengan orang Kristen ini demi kau. Satu bulan, dan kau akan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk menyusulku ke sana. Jangan khawatir!” Ia memercayai kakaknya. Sekarang sebulan telah berlalu, dengan menyeret bulan-bulan lainnya yang menjemukan lagi membosankan, semuanya sama memuakkan, dan kakaknya ingkar janji. Ia capek melihat ibunya pulang sore-sore dengan membawa pakaian bekas serta sisa makanan dari majikan. Ia capek melihat ayahnya merana di pojok kamar sambil mengisap rokok, penampilan lelaki bangkot itu sudah menyerupai orang-orangan sawah saja. Lebih-lebih lagi capeknya karena berdiri di ujung jalan dengan sekeranjan

Tembok Misterius - Ben Loory

Tembok Misterius Ben Loory  Penerjemah: Maggie Tiojakin - Fiksilotus Adalah seorang laki-laki yang hidup di sebuah padang pintu. Ia menghabiskan seluruh hidupnya keluar-masuk pintu demi pintu yang bertebaran di sekelilingnya. Pertama, ia melangkah keluar, lalu ia melangkah masuk dari arah berlawanan. Sesekali, ia juga iseng keluar-masuk dari pintu yang berbeda. Selang-seling tak menentu. Menambah variasi. Selama bertahun-tahun, laki-laki itu telah melangkah keluar-masuk lewat ribuan pintu. Hal ini dia lakukan secara teratur, dua puluh empat jam sehari, seumur hidupnya. Lalu, suatu hari, tak sengaja ia menemukan sebuah tembok di tengah hamparan pintu. Awalnya, ia tidak menyadari keberadaan tembok tersebut — secara otomatis ia justru mengulurkan tangan untuk membuka tembok itu seraya melangkahkan kaki keluar, memperlakukannya sama seperti sebuah pintu. Tunggu! ujar laki-laki itu beberapa saat kemudian. Tunggu — apakah aku baru saja melewati tembok? Ia memutar tubuh

Bayang-bayang - Bolesław Prus

Bayang-bayang Bolesław Prus  Penerjemah: Rijon - Kemudian SAAT sinar matahari mulai lenyap dari angkasa, senja terbit di Bumi. Senja: sepasukan tentara malam, dengan ribuan baris tak kasat mata berisi miliaran serdadu. Pasukan perkasa yang sejak dahulu kala telah jadi musuh cahaya, takluk dalam kekalahan tiap fajar, merenggut kemenangan tiap jatuhnya malam, menggengam kuasa dari matahari terbenam hingga terbit, dan pada siang hari, tersebar, mengungsi dalam naungan tempat-tempat persembunyian dan menunggu. Menunggu di jurang-jurang pegunungan dan gudang-gudang perkotaan, di semak belukar pekat hutan dan kedalaman kelam danau. Menunggu sambil mengintai dari dalam gua-gua kekal Bumi, di pertambangan, parit, sudut-sudut rumah, relung dinding. Tersebar dan tampak tiada, tapi mengisi tiap sudut dan celah. Hadir dalam tiap tiap celah kulit pepohonan, dalam lipatan pakaian orang-orang, bersembunyi di balik bulir pasir paling kecil, menempeli benang laba-laba paling halus, dan m

Paman Si Tukang Cukur - William Saroyan

Paman Si Tukang Cukur William Saroyan  Penerjemah: Dinten - Ngulikata Bu Gamma bilang aku perlu potong rambut. Ibuku bilang aku perlu potong rambut. Abangku Krikor bilang aku perlu potong rambut. Seluruh dunia ingin aku potong rambut. Kepalaku terlalu besar untuk dunia ini. Rambut hitam yang terlalu lebat, kata dunia. Semua orang bilang, Kapan kamu mau potong rambut? Ada pengusaha besar bernama Huntingdon di kota kami yang biasa membeli koran sore dariku setiap hari. Ia lelaki dengan berat seratus dua puluh kilo, punya dua mobil Cadillac, tanah seluas seribu lima ratus hektar, dan uang sebanyak lebih dari sejuta dolar di bank, begitu juga kepala yang kecil, tanpa rambut, tepat di bagian atas tubuhnya sehingga siapa pun dapat melihatnya. Ia suka membuat para pegawai kereta api yang datang dari luar kota berjalan jauh-jauh hanya untuk melihat kepalaku. Inilah California, begitu yang biasa diserukannya di jalan. Ada cuaca dan kesehatan yang baik. Ada kepala dengan rambut

Garis Lurus - Ben Loory

Garis Lurus Ben Loory  Penerjemah: Maggie Tiojakin - Fiksilotus Seorang pria berjalan di jalur yang benar. Karena itu, hidupnya lurus dan penuh keberuntungan. Ketika ia memandangi pesawat telepon, misalnya, bisa dipastikan tidak lama telepon itu pasti berdering. Lalu, kapan saja dia merasa terdorong untuk bermain judi, dia juga selalu menang. Pria itu punya pekerjaan tetap, dan dia sangat cakap melakukan pekerjaan tersebut. Tampaknya tak ada hal di dunia ini yang terasa sulit baginya. Di kantor, ia menelepon orang-orang yang tepat dan mengatakan hal yang tepat pula, hingga jabatannya selalu dipromosikan dan ia tak luput meraup keuntungan berlipat. Suatu hari, pria itu berjalan kaki pulang ke rumah. Tiba-tiba sebuah mobil menabraknya. Begitu sadar, pria itu sudah terkapar di rumah sakit. Tidak masuk akal, bathinnya pada diri sendiri. Saat itulah dia mendapati bahwa jalur yang selama ini ia tekuni tak lagi hadir di hadapannya, hilang begitu saja, bak debu yang tert

Lelaki Renta Bersayap Besar - Gabriel Gárcia Márquez

Lelaki Renta Bersayap Besar Gabriel Gárcia Márquez   Penerjemah: Naga Benang - Kemudian Pada hujan hari ke tiga sudah banyak sekali kepiting yang mereka bunuhi sehingga Pelayo harus menyebrangi halaman rumahnya yang tergenang air untuk membuangi mereka ke laut. Anak mereka yang baru lahir menderita panas sepanjang malam dan mereka menduga baunya-lah penyebabnya. Dunia sendu sejak Selasa. Lautan dan langit menyatu dalam nuansa abu-kelabu sementara pasir di pantai yang pada malam-malam di bulan Maret berkilauan serupa serbuk-serbuk bercahaya, kini menjadi sup kental berkuah lumpur berisikan kerang-kerang busuk. Cahaya siang begitu redup sehingga ketika Pelayo hendak kembali ke rumah setelah selesai membuangi kepiting-kepiting ia sulit mengenali sesuatu yang tengah bergerak dan mengerang di pekarangan belakangnya. Ia harus berjalan sangat dekat untuk menyadari bahwa sesuatu itu adalah seorang lelaki tua, lelaki tua yang amat sangat renta, dengan wajah terbenam dalam lumpur, berus

Referensial - Loorie Moore

Referensial Loorie Moore  Penerjemah: Dinten - Ngulikata Untuk ketiga kalinya dalam tiga tahun ini, mereka membicarakan hadiah ulang tahun apa yang pantas untuk putra perempuan itu, yang mengidap kelainan jiwa. Begitu sedikit barang yang boleh dibawa ke dalam ruangannya. Hampir semuanya dapat dijadikan senjata. Maka sering kali barang harus diserahkan di meja depan. Kalau ada permohonan, barulah barang itu dibawa ke dalam oleh petugas—yang akan terlebih dulu memeriksanya kalau-kalau dapat melukai. Pete membawa sekeranjang selai. Namun karena wadahnya berupa toples kaca, barang itu tidak diperbolehkan untuk dibawa masuk. “Aku lupa,” kata Pete. Toples-toples itu disusun berdasarkan warna, dari yang paling terang yaitu selai jeruk, beri, lalu ara, seakan-seakan isinya berupa urine milik orang yang sakitnya bertambah-tambah parah. Memang sebaiknya disita saja, pikir perempuan itu. Mereka akan mencari hadiah lainnya. Pete sudah hadir dalam kehidupan mereka selama enam tahun,

Sang Pilot - Ben Loory

Sang Pilot Ben Loory  Penerjemah: Maggie Tiojakin - Fiksilotus Seorang pria menerbangkan sebuah pesawat melintasi lautan luas. Semakin lama ia merasa semakin lelah mengemudikan pesawat tersebut, namun tidak ada tempat baginya untuk mendarat, dan tidak ada tempat untuk berhenti—sejauh mata memandang hanya ada hamparan lautan luas sejauh ratusan mil. Kelopak mata pria itu semakin terasa berat; dan konsentrasinya pun buyar. Ia mulai membayangkan sebuah tenda—kalau bisa ia ingin mendirikan tenda di langit, dan merangkak ke dalamnya untuk melepas lelah. Tapi baru saja pikiran itu hinggap di kepalanya, sebuah tenda tiba-tiba terlihat tepat di hadapannya: mengapung di udara—berwarna oranye mencolok, seperti warna pelampung pilot tersebut. Bahan terpal tenda itu berkibar kembang-kempis ditiup angin. Pria itu tidak habis pikir. Kok bisa? Ia mengendarai pesawatnya mengitari tenda yang mengapung di udara. Betapa inginnya dia masuk ke dalam tenda itu. Betapa inginnya dia berbaring

Binatang-Binatangan Kertas - Ken Liu

Binatang-Binatangan Kertas Ken Liu  Penerjemah: Naga Benang - Kemudian Salah satu kejadian yang pertama kali tersimpan dalam ingatanku adalah aku sedang menangis. Aku tidak mau didiamkan oleh Ayah dan Ibu, bagaimana pun mereka mencoba. Ayah menyerah dan keluar meninggalkan kamar, namun Ibu membawaku ke dapur dan mendudukkanku di meja makan. “ Kan, kan, ” katanya, sambil menarik selembar kertas kado dari atas kulkas. Selama bertahun-tahun, Ibu dengan telaten menggunting bungkusan-bungkusan kado Natal dan menyimpan semuanya di atas kulkas. Ia menaruh kertas itu di meja, bagian belakang menghadap atas, dan mulai melipatnya. Aku berhenti menangis dan memperhatikannya karena penasaran. Ia membalik kertas itu dan melipatnya lagi. Ia melipat tingkat, meratakan, menyelip, menggulung, dan memuntir sampai kertas itu hilang dalam tangkupan tangannya. Lalu ia menaruh kertas yang terlipat itu ke depan mulutnya dan meniupnya, seperti meniup balon. “ Kan, ” katanya. “ Laohu.

Si Pramusaji - Robert Coover

Si Pramusaji Robert Coover  Penerjemah: Dinten - Ngulikata “Hei, manis, bokongmu bagus,” ucap si sopir taksi bermata sendu dari balik meja pemesanan kedai 24 jam itu. Sepotong donat menggeliat dalam rahangnya yang tak dicukur. Si pramusaji mendelik padanya. Ia muak dilirik-lirik, ataupun ditatap dengan jijik, kapanpun ia membungkuk untuk memungut lap. “Kalau ada kambing yang kesasar, mereka bakal lirak-lirik dan mengatakan kekonyolan serupa,” keluhnya pada wanita tua di dekat mesin kas. Sebelumnya ia telah memberi semangkuk gratis sup panas pada wanita itu. “Aku sudah muak. Kuharap tidak ada yang bisa melihatku.” Ternyata wanita itu adalah ibu peri yang sedang menyamar, dan sebagai rasa terima kasihnya atas sup gratis, ia mengangkat sendoknya seperti tongkat dan mengabulkan permintaan si pramusaji. Ketika pramusaji itu hendak menyerahkan tanda terima pembayaran pada si sopir taksi, kepala lelaki itu seketika berpaling. Apa lelaki itu menolaknya? Si pramusaji bergeser ke jan

Si Gemuk dan Si Kurus - Anton Chekhov

Si Gemuk dan Si Kurus Anton Chekhov  Penerjemah: Maggie Tiojakin - Fiksilotus Dua orang sahabat lama – yang satu gemuk dan yang satunya lagi kurus – tak sengaja berpapasan di stasiun kereta Nikolaevsky*. Pria berbadan gemuk itu baru saja selesai makan malam di sana – bibirnya tampak berminyak di bawah sorotan lampu neon dan merah mengkilap seperti buah ceri. Tubuhnya menguarkan harum sherry (anggur untuk memasak) dan adonan kue. Sementara itu, pria yang berbadan kurus baru saja keluar dari gerbong kereta dan tampak sibuk menenteng beberapa koper, buntelan dan kotak bingkisan. Tubuhnya menguarkan bau daging ham dan bubuk kopi. Di belakangnya ada seorang wanita yang juga kurus dan memiliki dagu panjang. Ini adalah istrinya. Selain itu, ada juga seorang bocah jangkung dengan kelopak mata yang agak turun. Ini adalah putranya. “Porfiry,” teriak Si Gemuk saat melihat pria kurus itu. “Benarkah itu dirimu? Oh, sudah lama sekali aku tak melihatmu!” “Ya ampun!” teriak Si Kuru

Putra Ketiga - AndreiPlatonov

Putra Ketiga Andrei Platonov  Penerjemah: Rijon - Kemudian SEORANG perempuan tua yang tinggal di kota kecil meninggal. Suaminya, seorang bekas pekerja berusia tujun puluh tahun yang hidup dari pensiunan, pergi ke kantor telegram dan mengirim enam telegram ke bermacam provinsi, semuanya dengan kata-kata yang sama: “Ibumu meninggal pulanglah Ayah.” Petugas kantor telegram yang sudah tua menghitung uang bayaran lama sekali, seolah-olah takut salah, dan menulis bukti pembayaran dan membubuhkan cap dengan gemetaran. Laki-laki tua itu dengan sabar menatap keluar jendela kayu dengan mata yang sudah memerah, dan memikirkan sesuatu sambil melamun, mencoba mengalihkan hatinya dari kesedihan. Petugas tua itu sepertinya merasa bersedih juga, dan jiwanya seolah-olah sudah mutlak kacau—mungkin dia seorang janda, atau seorang istri yang ditelantarkan dengan kejam. Jadi begitulah petugas tua itu, bekerja dengan amat pelan, salah mengambil kembalian, ingatan dan perhatiannya berkelana,

Bangau - Dorthe Nors

Bangau Dorthe Nors  Penerjemah: Dinten - Ngulikata Aku tidak suka memberi makan burung, tapi kalau bagimu itu wajib, sebaiknya kau melakukannya di Taman Frederiksberg. Di sana ada bangau-bangau yang jinak, dan dengan menata bangku-bangku taman pada jarak tertentu antar satu sama lain, pengelola taman berharap dapat menghindarkan datangnya terlalu banyak burung sekaligus ke satu area. Ada beberapa masalah di ujung taman yang merupakan tempat berkumpulnya para alkoholik, terlebih lagi dengan adanya bebek-bebek, tapi aku tidak pernah ke sebelah sana, sementara bangaunya bisa kau lihat di mana-mana. Tentang bangaunya sendiri, bisa dibilang hanya dari kejauhan saja binatang itu terlihat menarik, tapi ternyata tidak seperti itu jadinya begitu didekati. Bangaunya terlalu kurus, dan terlebih lagi yang jinak-jinak tampaknya kekurangan gizi. Kemungkinan besar roti yang diberikan pada bangau-bangau di Taman Frederiksberg itu membuat sakit perut sehingga akibatnya mereka tidak kuat ter

Di Hari Natal - Anton Chekhov

Di Hari Natal Anton Chekhov  Penerjemah: Clara Ng - Fiksilotus I “Apa yang harus kutulis?” tanya Yegor, mencelupkan ujung penanya ke dalam tinta. Vasilissa tak pernah bertemu dengan anak perempuannya selama empat tahun. Setelah hari perkawinannya, Efimia pergi ke St. Petersburg bersama suaminya, mengirimkan dua surat saja, dan setelah itu menghilang seakan-akan ditelan bumi, tak ada lagi kata-kata atau suaranya. Sekarang, jika ibunya yang sudah berusia senja itu sedang memerah susu di kala fajar merekah, menyalakan perapian, atau tidur di malam hari, rantai pertanyaan di kepalanya selalu sama: “Bagaimana kabar Efimia? Apakah dia baik dan sehat-sehat saja?” Dia ingin mengirimkan sepucuk surat untuk Efimia, hanya saja suaminya yang renta tak bisa menulis, dan tak ada seorang pun yang bisa diminta tolong untuk menuliskan surat. Di hari Natal, Vasilissa tak sanggup terus membisu. Dia pergi ke kedai untuk bertemu dengan Yegor, saudara lelaki dari istri penjaga losmen yang

Orang-orang Senewen - Mikhail Zoshchenko

Orang-orang Senewen Mikhail Zoshchenko Penerjemah: Rijon - Kemudian BELUM lama ini terjadi pertengkaran di apartemen komunal kami. Dan bukan sembarang pertengkaran, tapi pertengkaran yang sungguh mati-matian. Di sudut Glazova dan Borova. BELUM Tentu saja dalam dada mereka itu pertengkaran yang penuh kebajikan. Kepala satu-satunya milik si cacat Gavrilov sampai nyaris terpenggal. Sebab utamanya—mereka orang-orang yang sangat senewen. Meledak atas hal-hal remeh. Gampang lepas kendali. Dan bertengkar membabi-buta, seolah dalam kabut atau semacam itu. Tentu saja banyak yang bilang kalau setelah perang sipil orang-orang selalu gelisah. Itu mungkin saja, tapi keyakinan macam itu tak akan mempercepat penyembuhan kepala Gavrilov. Jadi pada pukul sembilan sore itu seorang penghuni, Marya Vasilyevna Shchiptsova, masuk ke dapur dan hendak menyalakan kompor primusnya[1]. Kau tahu, dia selalu menyalakan kompor primusnya pada jam-jam tersebut, minum teh dan memakai kompres pana

Pertunjukan - Khan Mohammad Sind

Pertunjukan Khan Mohammad Sind  Penerjemah: Dinten - Ngulikata Sudah larut malam saat ia pulang. Istrinya duduk di serambi di depan rumah. Ia mendekati anak lelaki mereka yang berusia lima tahun dan sedang terbaring sakit di tempat tidur. Ia melepaskan syalnya. Sambil menyeka kepala dan jenggotnya yang pendek, ia menanyakan keadaan Bari pada istrinya. Hampir menangis, istrinya menjawab, “Demamnya masih tinggi. Ia sangat lemah dan berbaring saja seharian. Ia juga tidak berselera makan. Aku sudah memberinya sup berkali-kali, tapi ia tidak mau memakannya.” Sang ayah bersandar pada tempat tidur, dan berkata pada anak lelakinya, “Bari, putraku. Bari, anakku. Bagaimana keadaanmu? Mana yang sakit?” Bari membuka matanya pelan-pelan, menatap kedua orangtuanya, dan berkata dengan suara lemah, “Seluruh badanku sakit.” Sang ayah berlutut, menimang kepala bocah itu, dan berkata, “Tidak apa-apa. Kau akan sembuh, dengan doa…. Sekarang duduklah, ayo, dan cobalah makan sedikit s

Cermin - Anton Chekhov

Cermin Anton Chekhov  Penerjemah: Maggie Tiojakin - Fiksilotus Malam tahun baru. Nellie, putri dari seorang jendral dan tuan tanah, seorang gadis muda nan cantik, yang selalu bermimpi untuk menikah, kini terduduk di kamar tidurnya seraya menatap ke arah cermin dengan wajah lelah dan mata sayu. Kulitnya pucat, ekspresinya tegang, sama kakunya seperti cermin di hadapannya. Pemandangan yang ada dalam bayangannya: sebuah koridor sempit yang memanjang dan dihimpit oleh deretan lilin, wajahnya, tangannya, juga bingkai cermin — semua ini telah melebur dengan kabut dan hamparan lautan semu, abu-abu. Laut itu bergelombang, serta menampakkan kilau cahaya kemerahan… Melihat tatapan mata Nellie yang sama sekali tak bergerak, juga bibirnya yang terbuka, tidak ada yang tahu apakah dia terjaga atau tertidur, tapi yang jelas dia tengah memandangi sesuatu. Di awalnya, dia hanya melihat seutas senyum dan ekspresi halus penuh karisma yang datangnya dari sepasang mata seseorang, lalu dilat

Pantai - Roberto Bolaño

Pantai Roberto Bolaño  Penerjemah: Arif Abdurahman -  Arip Blog Aku berhenti menggunakan heroin dan pindah ke sebuah kota kecil dan memulai terapi metadon yang diberikan dari klinik rawat jalan dan aku tidak punya banyak kegiatan lain yang harus dilakukan kecuali bangun setiap pagi dan menonton TV dan mencoba untuk tidur di malam hari, tapi aku tidak bisa, sesuatu membuatku tidak dapat menutup mata dan istirahat, dan itu rutinitasku, sampai suatu hari aku tidak tahan lagi dan aku membeli sendiri sepasang celana renang hitam di sebuah toko di pusat kota dan aku pergi ke pantai, memakai celana pendek itu dan dengan membawa handuk dan majalah, dan aku menggelar handukku tidak terlalu jauh dari air dan kemudian aku berbaring dan menghabiskan beberapa waktu untuk memutuskan apakah akan menceburkan diri ke dalam air atau tidak, aku bisa memikirkan banyak alasan untuk mencebur juga beberapa alasan untuk tidak (ada anak-anak bermain di tepi air, misalnya), sampai akhirnya terlalu lar

Tempat Pemandian - Mikhail Zoshchenko

Tempat Pemandian Mikhail Zoshchenko Penerjemah: Rijon - Kemudian TEMPAT-TEMPAT pemandian kami tidak buruk-buruk amat. Kau bisa membasuh badanmu. Hanya saja kami punya persoalan tiket pada tempat-tempat pemandian kami. Saya pergi ke satu tempat pemandian, dan mereka memberi saya dua tiket. Satu untuk pakaian linen saya, dan satu untuk topi dan mantel saya. Tapi di mana seorang laki-laki telanjang bulat akan meletakkan tiket-tiketnya? Gampangnya saja tidak ada tempat sama sekali. Tak ada kantung. Lihatlah sekitar dan yang ada cuma perut dan kaki. Begitulah satu-satunya problema tiket. Andai bisa kau ikatkan pada janggutmu. Yah, saya ikatkan kedua tiket itu pada masing-masing kaki saya agar tidak hilang keduanya sekaligus. Saya masuk ke dalam pemandian. Tiket-tiket itu mengepak-ngepak pada kaki saya sekarang. Jelas menjengkelkan harus berjalan seperti itu. Tapi kau harus berjalan. Kau harus mengambil ember. Tanpa ember, bagaimana kau bisa mandi? Itu satu masalah. Saya

Pemahaman Bacaan: Teks No.1 - Alejandro Zambra

Pemahaman Bacaan: Teks No.1 Alejandro Zambra  Penerjemah: Dinten - Ngulikata Setelah begitu banyaknya bimbingan belajar, uji latihan, serta uji prestasi dan kecakapan, pastinya ada sesuatu yang kami pelajari. Tapi kami nyaris langsung melupakan semuanya, dan, khawatirnya, untuk selama-lamanya. Hal yang kami pelajari secara sempurna—hal yang akan kami ingat sepanjang sisa umur kami—adalah cara menyontek sewaktu ujian. Demikian kusampaikan penghormatan pada lembar sontekan. Semua materi ujian disalin menjadi tulisan kecil-kecil yang bisa dibaca seukuran karcis bis. Tapi kecakapan yang mengagumkan itu manfaatnya kecil sekali kalau tidak dibarengi dengan keberanian dan keterampilan yang terutama saat momennya tiba, yaitu saat guru lengah dan sepuluh sampai dua puluh detik yang berharga pun dimulai. Di sekolah kami khususnya, yang secara teori merupakan sekolah paling ketat di Cile, ternyata menyontek itu agak mudah. Ujiannya sering berbentuk pilihan ganda. Masih bertahun-tahu