Sepuluh Indian - Ernest Hemingway
Suatu hari, setelah mengikuti perayaan Hari Kemerdekaan di pusat kota, Nick berkendara pulang bersama Joe Garner dan keluarga dengan cara menumpangi sebuah kereta kuda. Mereka melewati sembilan orang dari suku Indian yang tengah mabuk di pinggir jalan. Nick ingat benar ada sembilan orang, karena Joe Garner, yang mengemudikan kereta kuda di tengah gelapnya malam, sempat berhenti, turun dari kereta kuda, dan melenggang ke tengah jalan untuk menarik satu orang Indian yang tengah tertelungkup di atas alur roda kereta. Orang Indian itu nampaknya tertidur dengan wajah terkubur di pasir. Joe menarik orang tersebut ke pinggir, di antara semak belukar, sebelum kembali naik ke atas kereta kuda.
“Sudah sembilan orang yang kita singkirkan,” kata Joe. “Padahal kita belum terlalu jauh berkendara dari kota.”
Nick duduk di bagian belakang kereta bersama dua anak laki-laki keluarga Garner. Dari bukaan di belakang kereta, Nick melihat orang Indian yang tadi diseret Joe ke tepi jalan.
“Apakah orang itu Billy Tabeshaw?” tanya Carl.
“Bukan.”
“Karena celananya mirip dengan milik Billy.”
“Semua orang Indian mengenakan celana serupa.”
“Aku bahkan tidak melihatnya sama sekali,” celetuk Frank. “Pa turun dari kereta dan kembali ke kereta dalam waktu singkat. Kukira dia sedang membunuh ular.”
“Pasti banyak orang Indian yang akan membunuh ular malam ini,” kata Joe Garner.
“Dasar Indian,” ujar Mrs. Garner.
Mereka terus berkendara. Jalanan yang mereka lewati berkelok dari ruas jalan utama dan mulai menanjak menuju area berbukit. Sulit sekali bagi Joe Garner dan kuda-kudanya untuk menarik beban kereta yang terlalu berat, maka ketiga remaja laki-laki yang duduk di belakang akhirnya turun dan berjalan kaki. Jalan yang mereka lewati cukup berpasir. Dari atas bukit, Nick menoleh ke belakang, ke arah gedung sekolahnya. Ia melihat lampu-lampu yang menerangi daerah Petoskey, serta nun jauh di seberang Little Traverse Bay, lampu-lampu yang menerangi daerah Harbour Springs. Setelah jalanan yang mereka lalui kembali berada dalam posisi datar, ketiga remaja tadi diminta naik ke atas kereta.
“Harusnya jalanan itu ditaburi kerikil,” keluh Joe Garner. Kereta yang mereka tumpangi kini melintasi jalan kecil yang membelah hutan. Joe dan Mrs. Garner duduk berdempetan di kursi depan. Nick duduk di antara kedua remaja keluarga Garner. Jalanan yang mereka lalui kini tiba di bukaan hutan.
Komentar
Posting Komentar