Bayang-bayang - Bolesław Prus

Bayang-bayang

Bolesław Prus 
Penerjemah: Rijon - Kemudian


SAAT sinar matahari mulai lenyap dari angkasa, senja terbit di Bumi. Senja: sepasukan tentara malam, dengan ribuan baris tak kasat mata berisi miliaran serdadu. Pasukan perkasa yang sejak dahulu kala telah jadi musuh cahaya, takluk dalam kekalahan tiap fajar, merenggut kemenangan tiap jatuhnya malam, menggengam kuasa dari matahari terbenam hingga terbit, dan pada siang hari, tersebar, mengungsi dalam naungan tempat-tempat persembunyian dan menunggu.

Menunggu di jurang-jurang pegunungan dan gudang-gudang perkotaan, di semak belukar pekat hutan dan kedalaman kelam danau. Menunggu sambil mengintai dari dalam gua-gua kekal Bumi, di pertambangan, parit, sudut-sudut rumah, relung dinding. Tersebar dan tampak tiada, tapi mengisi tiap sudut dan celah. Hadir dalam tiap tiap celah kulit pepohonan, dalam lipatan pakaian orang-orang, bersembunyi di balik bulir pasir paling kecil, menempeli benang laba-laba paling halus, dan menunggu. Terbilas dari tempat yang satu, dalam hitungan kedipan mata berpindah ke tempat yang lain, memanfaatkan sekecil apapun kesempatan agar bisa kembali ke tempat yang telah mengusirnya, membobol masuk rongga-rongga kosong dan memenuhi Bumi.

Sewaktu matahari, tentara senja ini, diam dan waspada, bergerak mendesak-desak dalam barisan keluar dari persembunyian. Mereka memenuhi koridor, lorong-lorong, dan tangga-tangga bangunan yang tak dinaungi sinar dengan baik; dari bawah lemari dan meja mereka merangkak menuju tengah-tengah ruang dan mengepungi tirai-tirai; melalui lubang udara gudang bawah tanah dan melalui jendela-jendela mereka menyelinap menuju jalan raya, menyerbu dalam kehingan dinding-dinding dan atap-atap, mengintai dari puncak atap, dengan sabar menunggu awan kemerahan memudar di barat sana.

Waktu berlalu, dan akan muncul saat ketika suatu kegelapan besar meletus dari Bumi hingga menjangkau angkasa. Binatang-binatang akan bersembunyi di sarang mereka, manusia akan kabur menuju rumah masing-masing; hidup, seperti tanaman tanpa air, akan menegang dan melayu. Warana-warna dan bentuk-bentuk akan larut dalam kehampaan; ketakutan, kesalahan, dan kejahatan akan menggugat kuasa mereka atas dunia.

Pada saat-saat semacam itu, di jalanan Warsawa yang serupa padang pasir, muncullah sewujud laki-laki aneh dengan nyala api kecil di atas kepalanya. Dia berlari menembus trotoar seakan-akan tengah diburu kegelapan, berhenti sejenak pada tiap lampu jalan, lantas, setelah mengobarkan nyala ceria, menghilang seperti bayang-bayang.

Maka begitulah setiap hari sepanjang tahun. Entah di ladang-ladang, ketika musim semi mengembus aroma mekar, atau dalam amukan badai bulan Juli; entah di jalanan, dalam hembusan debu musim gugur yang tak terkendali, atau dalam salju musim dingin yang menggombak di udara—selalu, setiap kali malam tiba, dia turun ke trotoar di seluruh penjuru kota dengan nyala kecilnya, menyalakan lampu, lantas menghilang seperti bayang-bayang.

Dari mana engkau datang, duhai anak manusia, dan di mana kau sembunyikan dirimu, sampai kami tak pernah tahu bagaimana rupa dan suaramu? Apa kau punya istri atau ibu yang menunggu kepulangamu?


Komentar