Garis Lurus - Ben Loory

Garis Lurus

Ben Loory 
Penerjemah: Maggie Tiojakin - Fiksilotus


Seorang pria berjalan di jalur yang benar. Karena itu, hidupnya lurus dan penuh keberuntungan. Ketika ia memandangi pesawat telepon, misalnya, bisa dipastikan tidak lama telepon itu pasti berdering. Lalu, kapan saja dia merasa terdorong untuk bermain judi, dia juga selalu menang.

Pria itu punya pekerjaan tetap, dan dia sangat cakap melakukan pekerjaan tersebut. Tampaknya tak ada hal di dunia ini yang terasa sulit baginya. Di kantor, ia menelepon orang-orang yang tepat dan mengatakan hal yang tepat pula, hingga jabatannya selalu dipromosikan dan ia tak luput meraup keuntungan berlipat.

Suatu hari, pria itu berjalan kaki pulang ke rumah. Tiba-tiba sebuah mobil menabraknya.

Begitu sadar, pria itu sudah terkapar di rumah sakit. Tidak masuk akal, bathinnya pada diri sendiri.

Saat itulah dia mendapati bahwa jalur yang selama ini ia tekuni tak lagi hadir di hadapannya, hilang begitu saja, bak debu yang tertiup angin.

Tanpa jalur tersebut, pria itu kehilangan pegangan. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia bahkan tak tahu caranya melakukan apapun. Ia lupa cara menggunakan keran air, atau kapan harus ke kamar mandi. Ketika istri dan anak-anaknya datang berkunjung ke rumah sakit, pria itu tak ingat siapa nama mereka.

Apa ada yang salah dengan otaknya? tanya sang istri.

Sang dokter menggeleng. Dia hanya shock saja, kata sang dokter menjelaskan. Gara-gara kecelakaan itu. Nanti juga dia kembali normal.

Masalahnya, janji sang dokter terbukti tak terpenuhi. Pria itu tidak kembali normal. Saat dibebaskan dari rumah sakit, ia memutuskan untuk segera masuk kerja. Tapi berbeda dengan dahulu, kini ia tidak tahu caranya melakukan pekerjaan itu. Sebagian besar waktunya justru habis celingak-celinguk dari satu lantai gedung ke lantai lainnya, mencari lokasi ruang kerjanya sendiri. Lalu, ketika sesekali ia berhasil menemukan ruang kerjanya dalam gedung perkantoran tersebut, pria itu akan mengambil tempat duduk di belakang meja, menghadap ke jendela, sambil memandangi langit luas seharian penuh, memperhatikan pergeseran awan.

Lama-lama sang istri merasa khawatir—dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi—maka pria itu bercerita tentang jalur hidupnya.

Sebelumnya jalur itu selalu ada di hadapanku, ujar pria tersebut. Sekarang jalur itu hilang.

Sang istri tidak tahu harus berkata apa.

Sang istri hanya bisa merengkuh tubuh suaminya dengan erat, lalu menggiringnya ke dalam kamar tidur.

Namun seperti hal-hal lain yang dulu sangat mudah ia lakukan, pria itu kini juga tidak mengerti caranya bercinta.


Komentar