Kau Juga Jelek - Lorrie Moore

Kau Juga Jelek

Lorrie Moore 
Penerjemah: Dinten - Ngulikata


Sesekali kau mesti keluar dari kota-kota di Illinois yang bernama lucu itu: Paris, Oblong, Normal. Pernah, sementara Dow Jones [1] menurunkan dua ratus berita pokok, sebuah koran lokal memajang judul besar-besar: “Pria Normal Menikahi Wanita Oblong”. Mereka juga tahu apa yang pokok. Sungguh! Tapi sesekali kau mesti keluar sebentar saja, sekalipun hanya melintasi perbatasan Terre Haute untuk menonton film.

Di luar Paris, di tengah sebidang lahan yang luas, terpencar beberapa bangunan yang merupakan sebuah kampus ilmu-budaya kecil bernama Hilldale-Versailles. Di sana sudah tiga tahun ini Zoë Hendricks mengajar Sejarah Amerika. Dia mengajar “Revolusi dan Perkembangannya” kepada mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua, dan setiap tiga semester ada seminar jurusan bagi mahasiswa tingkat akhir. Kendati hasil penilaian mahasiswa terhadap dirinya keliru selama satu setengah tahun terakhir ini— Profesor Hendricks sering telat memasuki kelas dan biasanya datang dengan membawa secangkir kopi yang ditawarkannya seicip-icip— para pria di jurusannya secara umum senang dengan keberadaannya. Mereka merasa dirinya menambah sentuhan feminin yang dibutuhkan di sepanjang koridor—jejak samar parfum Obsession dan keringat, ketukan hak sepatu yang ringan dan cepat. Selain itu, setelan yang dikenakan oleh kedua jenis kelamin pun berbeda, yang menurut dekan menunjukkan perjalanan masa.

Mereka mengerti bahwa situasi ini tidaklah mudah bagi dirinya. Pernah, pada awal semester kemarin, dia memasuki ruang kuliah sembari menyanyikan “Getting to Know You”—sampai tuntas. Atas permintaan dekan, ketua jurusan memanggilnya ke kantor, tapi tidak benar-benar memintanya untuk memberi penjelasan. Pria tersebut menanyakan keadaannya lalu tersenyum bak seorang paman. Dia menjawab, “Baik,” dan pria itu mencermati bagaimana kata itu diucapkan dengan gigi depan menginjak bagian dalam bibir bawah. Dia bisa dibilang cantik, namun wajahnya menampakkan ketegangan dan ambisi untuk berakrab-akrab yang tidak terlalu. Garis yang membingkai matanya digurat secara berlebihan. Antingnya agak menakutkan, mencuat dari sisi kepalanya bagai antena—tak diragukan bahwa dia mengenakannya untuk mengatasi roman yang kurang ekspresif.


Komentar