Pertaruhan - John Steinbeck
Sligo dan pemuda itu mengambil cuti selama empat-puluh-delapan jam tanpa bersemangat. Semua bar di Algeria tutup pada pukul delapan malam; tapi tak apa, karena sebelum itu mereka sudah mabuk gara-gara minum anggur. Melihat kondisi jalanan yang sepi di malam hari, keduanya pun memutuskan untuk melanjutkan sesi minum-minum mereka di pantai. Langit di atas menampakkan kegelapan yang tak berujung, sementara udara yang berembus terasa cukup hangat. Setelah mereka menghabisi botol anggur yang kedua, mereka melepas pakaian dan berjalan ke arah tepian laut. Di sana mereka berjongkok hingga hanya kepala mereka saja yang masih menyemul di atas permukaan air.
“Asyik juga kan di sini,” kata Sligo. “Dulu para tentara harus bayar kalau mau berendam di laut, dan kita bebas melakukannya tanpa biaya.”
Pemuda itu lantas menyahut: “Aku sih lebih senang ada di rumah, di Tenth Avenue. Aku kangen istriku. Aku ingin nonton pertandingan baseball tahun ini.”
“Mungkin kau minta ditonjok di bibir,” kata Sligo.
“Aku ingin pergi ke Coney Island* dan memesan minuman coklat kocok dengan enam butir telur dicampur ke dalamnya**,” ujar si pemuda sambil mengantuk-antukkan kepalanya di permukaan agar tidak tersedak air laut. “Tempat ini membuatku kesepian. Aku lebih suka berada di Coney Island.”
“Terlalu banyak orang di Coney Island,” kata Sligo.
“Tempat ini membuatku depresi,” kata si pemuda.
“Omong-omong soal baseball , aku juga ingin nonton pertandingannya tahun ini,” ujar Sligo. “Pada saat-saat seperti sekarang aku ingin sekali melintasi bukit yang mengelilingi kita.”
“Misalnya kau bisa melintasi bukit itu—kau mau ke mana? Tak ada tempat yang bisa kau kunjungi di padang gurun seperti ini.”
Komentar
Posting Komentar