Bukti Positif - Graham Greene

Bukti Positif

Graham Greene 
Penerjemah: Maggie Tiojakin - Fiksilotus


Suara itu terdengar lelah, namun masih belum berhenti berbicara. Sang pembicara nampak mengerahkan seluruh tenaga untuk menopang durasi pidato. Orang itu sakit, pikir Kolonel Crashaw dengan rasa iba sekaligus kesal. Di masa mudanya, Kolonel Crashaw pernah mendaki Pegunungan Himalaya, dan dia ingat momen ketika ia nyaris menggapai puncak gunung—betapa setiap langkah yang diambilnya membuat napasnya tersengal. Platform setinggi satu setengah meter di ruangan itu membuat sang pembicara mengusung napas berat yang sama. Seharusnya dia tidak keluar rumah hari ini, pikir Kolone Crashaw, sambil menuangkan segelas air putih dan menggesernya di atas meja, ke hadapan sang pembicara. Ruangan itu tidak dilengkapi dengan pemanas yang memadai, sementara kabut musim dingin yang diembus oleh senja di luar terlihat merayap masuk melalui celah-celah jendela yang retak. Tidak dapat dipungkiri lagi: sang pembicara sudah tak lagi menarik bagi audiens yang hadir. Di seisi ruangan, hilangnya koneksi antara pembicara dan para pendengar tampak begitu nyata—sejumlah wanita lanjut usia bahkan tak sungkan menutupi reaksi kebosanannya, sementara beberapa pria yang terlihat seperti mantan tentara juga hanya pura-pura menyimak pidato panjang itu.

Kolonel Crashaw, berlaku sebagai presiden Grup Fisik, menerima surat dari sang pembicara sekitar seminggu yang lalu. Ditulis tangan, surat itu menyatakan permohonan agar pertemuan khusus bagi anggota grup segera dilangsungkan. Dari tulisan tangan itu, Kolonel Crashaw sudah bisa menyimpulkan bahwa orang yang menulisnya berada dalam kondisi tak sehat, mabuk atau sangat uzur. Sang pembicara baru saja mengalami hal yang luar biasa dan ia tak sabar untuk membahasnya dengan semua anggota Grup Fisik—meski pengalaman itu sendiri tidak dijelaskan secara detail. Kolonel Crashaw biasanya ragu menanggapi permohonan seperti itu; namun surat tersebut ditulis langsung oleh Mayor Philip Weaver, veteran yang dulu sempat ditugaskan di India. Kolonel Crashaw tak punya pilihan, dia harus menghormati sesama veteran, meski ia yakin tulisan tangan itu dihasilkan oleh tubuh yang renta atau sakit.

Ketika kedua pria tersebut akhirnya bertemu untuk pertama kalinya di atas platform Ruang Musik di Hotel The Spa , Kolonel Crashaw menemukan bahwa tebakannya yang kedua benar. Mayor Weaver berusia enam puluh tahun, bertubuh tinggi, kurus dan berkulit legam dengan hidung besar dan pandangan sinis. Pria semacam ini, pikir Kolonel Crashaw, tak mungkin mengalami sesuatu yang tak bisa ia jelaskan sendiri. Tapi hal yang paling mengganggu tentang Mayor Weaver adalah parfum yang ia gunakan. Sehelai saputangan putih terlipat di saku jasnya dan menguarkan wewangian yang sangat menusuk hidung layaknya sebaris bunga lili. Beberapa wanita dalam ruangan itu terlihat mencapit hidung mereka sendiri; dan Jendral Leadbitter bahkan bertanya keras-keras apakah dia diijinkan merokok di dalam ruangan.

Jelas sekali bahwa Mayor Weaver menangkap sindiran itu dengan jelas. Ia tersenyum menantang dan menjawab dengan nada pelan, “Tolong jangan merokok. Tenggorokan saya belakangan ini sedang tidak enak.” Kolonel Crashaw mau tak mau harus ikut angkat suara. Ia bergumam bahwa memang saat ini udaranya sedang tidak bersahabat; banyak orang terserang flu tenggorokan. Mayor Weaver melirik ke arah Kolonel Crashaw dan menatapnya selama beberapa saat, lalu dengan suara lantang ia berkata, “Kalau saya, masalahnya bukan flu, tapi kanker.”


Komentar