Matangnya Buah Ara - Kate Chopin

Matangnya Buah Ara

Kate Chopin 
Penerjemah: Dinten - Ngulikata


Maman-Nainaine bilang, ketika buah ara sudah matang Babette boleh pergi mengunjungi para sepupunya di Bayou-Lafourche, tempatnya tebu tumbuh. Tidak berarti ada hubungannya dengan matangnya buah ara, tapi begitulah Maman-Nainaine. Tampaknya waktu yang lama bagi Babette untuk menunggu. Dedaunan di pohon belum melunak. Buahnya masih serupa kelereng kecil yang hijau dan keras.

Namun datanglah hujan yang lembut dan cukup sinar mentari. Kendati Maman-Nainaine setenang patung Madona, dan Babette seresah burung kolibri, mereka tahu bahwa musim panas telah tiba. Setiap hari Babette menari-nari, menuju barisan panjang pohon ara di balik pagar. Ia berjalan lambat-lambat di bawahnya, dengan saksama mengamati celah di antara bonggol-bonggol dahan yang menyebar. Tiap kali ia datang, kesedihan menjauh lagi. Apa yang ia lihat akhirnya membuatnya menyanyi dan menari sepanjang hari.

Pagi berikutnya Maman-Nainaine duduk dalam wibawanya untuk sarapan. Topi muslinnya bak lingkaran yang memancarkan cahaya di wajahnya yang putih dan tenang. Babette menghampiri. Ia menyangga talam porselin yang rawan pecah. Ia taruh di hadapan ibu baptisnya itu. Talam tersebut berisi selusin buah ara ungu, dedaunan hijau terang berjumbai-jumbai di tepinya.

“Ah,” Alis Maman-Nainaine melengkung, “betapa cepatnya buah ara matang tahun ini!”

“Oh,” kata Babette, “Menurutku mereka matang dengan sangat lambat.”

“Babette,” lanjut Maman-Nainaine, seiring ia menguliti buah ara paling montok dengan pisau-buah peraknya yang tajam, “kau akan menyampaikan cintaku pada mereka semua di Bayou-Laforche. Dan beritahu Tante Frosinemu, aku akan menemuinya di Touissant—ketika serunai sedang mekar.”[]


Alih bahasa dari cerpen Kate Chopin, "Ripe Figs" (1893)


Komentar